KiosAgri

Fero-Lanas, Cara Ampuh Pengendalian Hama Lanas yang Ramah Lingkungan

Perangkap ferolanas, sumber foto milik Dr. I Made Samudra, Peneliti BB Biogen

Setiap kali bertemu atau melakukan penyuluhan kepada petani, masalah yang paling dikeluhkan adalah serangan hama penyakit. Itu terjadi karena memang hama penyakit ini yang paling sering menjadi penyebab utama turunnya produksi. Seperti di wilayah binaan saya yang komoditas utamanya adalah ubi jalar. Hama lanas atau boleng menjadi ancaman utama ketika petani menanam ubi jalar.

Sebenarnya jika agroekosistem sekitar tanaman itu sehat, insyaaAllah hama penyakit tidak akan bertahan lama. Seperti halnya tubuh manusia, meski kuman penyakit beredar di sekitar kita namun karena memiliki kondisi tubuh yang fit, maka kuman penyakit tersebut tidak akan menyerang.

Saya sudah membuktikannya pada tanaman padi yang terserang virus tungro. Awalnya tanaman padi banyak terserang, namun beberapa minggu kemudian pulih kembali padahal saya dan petani hanya mencabut tanaman yang sakit saja. Ternyata setelah berdiskusi dengan ahli PHT diketahui bahwa kondisi agroekosistem di lahan padi tersebut sangat baik sehingga virus akan hilang dengan sendirinya.

Sayangnya saya belum menemukan hal tersebut di pertanaman ubi jalar karena permintaan pasar yang menggiurkan membuat petani tidak mengindahkan beberapa prinsip budidaya tanaman yang baik. Makanya ancaman hama penyakit di tanaman ubi jalar juga cukup besar termasuk hadirnya hama lanas yang menjadi hama utama pada tanaman ubi jalar.

Hama Lanas, Kecil Namun Merusak

Hama lanas merupakan serangga yang dapat terbang meski tidak terlalu tinggi dengan bentuk tubuh kecil agak lebih besar dari semut. Tubuhnya memiliki warna tubuh orange dan hitam dengan antena yang filiform  untuk lanas jantan dan antena seperti gada untuk lanas betina.

Hama Lanas, Kecil Namun Merusak

Hama lanas merupakan serangga yang dapat terbang meski tidak terlalu tinggi dengan bentuk tubuh kecil agak lebih besar dari semut. Tubuhnya memiliki warna tubuh orange dan hitam dengan antena yang filiform  untuk lanas jantan dan antena seperti gada untuk lanas betina.

Diketahui hama ini memiliki masa hidup 2,5-3,5 bulan yang hampir sama dengan satu musim tanam ubi jalar. Sedangkan waktu untuk satu siklus hidupnya dari telur menjadi lanas dewasa memakan waktu 33 hari.

Fase siklus hidup lanas yang membahayakan pertanaman adalah saat hama lanas berbentuk larva. Awalnya kumbang betina akan masuk melalui rekahan tanah dan meletakkan telur di dalam celah umbi. Lalu telur akan menetas dan menjadikan larva yang mampu menggerek ubi jalar.

Itu sebabnya musim kemarau adalah masa di mana serangan hama lanas paling banyak menyerang. Sebab pada musim ini tanah guludan ubi jalar cenderung banyak rekahan yang membuat kumbang betina begitu mudahnya masuk ke dalam tanah. Sekali bertelur, kumbang betina mampu menghasilkan 100-250 butir telur. Banyak sekali bukan? Tentunya jika semua telur ini menetas, maka akan menjadi ancaman tersendiri bagi produksi ubi jalar.

Berdasarkan informasi dari Badan Litbang Pertanian (2017), pada musim kemarau hama lanas mudah menyebar dan mampu menurunkan hasil berkisar antara 10-80%. Jika dalam keadaan normal satu hektar lahan ubi jalar mampu menghasilkan 30 ton, maka apabila serangan hama lanas mencapai 80%, petani hanya akan mnedapat sekitar 6 ton saja.

Fero-Lanas, Pengendalian Hama Lanas Ramah Lingkungan dari BB Biogen

Saya sangat menyambut baik sekali hadirnya pengendalian hama lanas yang ramah lingkungan melalui penggunaan Fero-Lanas. Karena penggunaan perangkap melalui antraktan ini sangat mendukung prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) yang juga memperhatikan kelestarian lingkungan.

Peneliti dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen), Dr I Made Samudra adalah orang yang berjasa dibalik temuan antraktan untuk mengendalikan hama lanas ini.

Dr I Made Samudra, Peneliti BB Biogen

Saat saya dan teman menemui Beliau di kantornya, Beliau memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan Fero-Lanas. Antraktan khusus lanas ini sudah dicoba di Kuningan yang menjadi sentra ubi jalar. Kebetulan di sana hama lanas cukup banyak sehingga pada saat pemasangan di hari pertama saja sudah mampu menjerat hama lanas jantan sebanyak 2500 ekor dan berangsur-angsur turun hingga beberapa hari ke depan.

Cara kerja dari antraktan ini juga cukup menarik. Feromon seks yang terdapat pada Fero-Lanas menggantikan bau hama lanas betina namun mampu menarik hama lanas jantan ke dalam perangkap. Meski ada hama lanas betina di sekitar perangkap, hama lanas jantan tetap akan lebih tertarik mendatangi perangkap Fero-Lanas karena baunya lebih menarik si hama lanas jantan. Dengan begitu tidak akan terjadi perkawinan sehingga tidak dihasilkan telur lanas baru.

Hama lanas jantan yang masuk ke dalam perangkap Fero-Lanas

Dr I Made Samudra mengatakan untuk satu hektar lahan ubi jalar dapat dipasang sebanyak 24 perangkap Fero-Lanas yang mampu bekerja menarik hama lanas jantan hingga kurang lebih dua bulan. Sebagai upaya pencegahan maksimal di daerah endemis lanas, maka perangkap dapat dipasang sejak awal penanaman.

Aplikasi Fero-Lanas di Wilayah Binaan  

Untuk membuat perangkap dengan antraktan Fero-Lanas ini cukup mudah. Prinsipnya hampir sama dengan perangkap lalat buah yang menggunakan petroganol. Berikut adalah cara membuat perangkap Fero-Lanas:

  1. Ambil wadah bekas, bisa toples bekas atau botol air mineral bekas yang cukup besar.
  2. Buat lubang sebanyak dua buah di kiri atau kanan, atau depan belakang, yang penting posisinya bersebrangan.
  3. Lalu kaitkan karet Fero-Lanas dengan menggunakan kawat di bagian bawah tutup toples atau botol.
  4. Beri air sabun di dalam toples atau botol sedikit saja yang bermanfaat untuk mencegah hama lanas naik ke atas.
  5. Pasang perangkap di lahan ubi jalar sesuai dengan anjuran. Perangkap harus dipasang menyentuh dengan daun permukaan teratas.
Karet Fero-Lanas

Seorang praktisi ada yang sudah mempraktikkan menggunakan perangkap Fero-Lanas sebanyak dua perangkap untuk luasan lahan 2500 meter persegi. Tentunya semakin banyak perangkap akan semakin efektif.

Saya sudah mencoba penggunaan perangkap Fero-Lanas ini di dua kelompok (berdasarkan waktu tayangnya tulisan ini). Pertama, saya dan petani memasang perangkap di lahan ubi jalar ungu milik Poktan Mekar. Hasilnya setelah hari pertama pemasangan, ada 5 ekor hama lanas jantan yang masuk ke dalam perangkap dan bertambah sebanyak 5 ekor lagi di hari kedua.

Ini menandakan bahwa agroekosistem di sekitar Poktan Mekar cukup bagus sehingga hama lanas tidak terlalu banyak. Kebetulan memang saat itu Poktan Mekar belum terlalu banyak menanam ubi jalar karena masih fokus dengan menanam padi.

Selanjutnya, kami memasang di Poktan Hurip yang memang menjadi sentra ubi jalar di Desa Cikarawang. Pada hari pertama setelah pemasangan perangkap, hama lanas jantan yang masuk ke dalam perangkap mampu mencapai 35 ekor. Hama lanas jantan ini kemungkinan akan lebih banyak masuk perangkap apabila perangkap yang dipasang cukup banyak mengingat luasan lahan ubi jalar di kelompok ini cukup besar.

Dari hasil praktik penggunaan perangkap Fero-Lanas untuk ubi jalar ini diketahui bahwa para petani cukup menyambut baik. Kedepannya, penggunaan perangkap ini akan disosialisasikan lebih lanjut kepada anggota lainnya agar semakin banyak para petani yang mulai tergerak mengendalikan hama penyakit yang sesuai prinsip PHT.

Fero-Lanas merupakan hasil penemuan dari BB Biogen. Namun untuk keperluan komersial, antraktan ini sudah diproduksi oleh PT Tektonindo Henida Jaya dengan pengawasan dari BB Biogen tentunya.

Sumber artikel: https://evrinasp.com/fero-lanas-ubi-jalar/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja